“ Nailah dari mana?”tanya Ummi Aisya
Nailah
menunjuk rumah sebelah. Masuk kedalam rumah menangis. Ummi Aisya dari
belakang mengikutinya Masuk kedalam kamar. Melihat apa yang sudah
terjadi dengan putrinya.
“ Temanmu
mengganggumu lagi ya Nailah”tanya Ummi Aisya duduk di sebelah sampingnya.
Menyibak rambutnya. Nailah menggangukkan kepala.
“ Apa yang dia katakan kepada Naila”. Nailah mengambil sebuah kertas. Menulis sesuatu kepada Umminya.
“ Nailah bisu..!” kata Nailah sambil menatap Ummi Aisya.
Menangis. Sontak Ummi Aisya terkejut saat membaca tulisan itu. Nailah
lanjut menulis kata.
“ Katanya Nailah tidak bisa mengucapkan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH” nailah menulis dikertas. Lalu di berikan kepada Umminya. Ummi Aisya membaca tulisa dari anaknya. Ummi Aisyah tiba-tiba terdiam menatapnya sejenak. Nailah sibuk mengusap air matanya yang bercucuran. Menyekat air mtanya dengan kedua tangannya. Kemudian Ummi ikut membalas tulisan Nailah.
“ Nailah bisa
kok?’ Ummi Aisya menulis di dalam kertas yang sama. Memberikan kepada Nailah yang
masih menangis di sebelahnya. Ummi Aisya masih membilas rambut Nailah yang
panjang sampai di pingangnya.
“ Bisa gimana, Ummi?” Nailah menulis kembali. Menyekat air matanya sendiri.
Dari kecil Nailah membisuh. Nailah tak menjadikan masalah dengan apa yang sudah di citpatakan. Namun kejadian itu terjadi saat Nailah berumur 8 tahun ketika Naila memasuki taman bacaan Jabal Tsur. Di sanalah Nailah selalu di olok-olok oleh teman-temanya karena tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat. Bahkan Nailah sempat tidak mau mengaji lagi.
Di depan Ummi Aisyah Nailah mencoba mengucapkan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH. Tapi bunyinya berbeda dengan ucapan teman-teman yang mengucapkannya. Sementara itu Ummi Aisya berpikir agar Nailah bisa menghilangkan rasa sedihnya. Dengan mengunakan banyak alasan. Banyak cara. Tapi kali ini masalahnya berbeda dengan kejadian-kejadian sebelumnya. Ummi Aisya berusaha membujuk Nailah agar bisa memahami. Nailah sungguh mengerti apa ma'na kalimat syadat. Di tambah penjelesan dari Ustad Faruq bahwa seorang di katakan islam dia harus bisa mengucapkan kalimat Syahadat dengan baik dan benar.
Di depan Ummi Aisyah Nailah mencoba mengucapkan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH. Tapi bunyinya berbeda dengan ucapan teman-teman yang mengucapkannya. Sementara itu Ummi Aisya berpikir agar Nailah bisa menghilangkan rasa sedihnya. Dengan mengunakan banyak alasan. Banyak cara. Tapi kali ini masalahnya berbeda dengan kejadian-kejadian sebelumnya. Ummi Aisya berusaha membujuk Nailah agar bisa memahami. Nailah sungguh mengerti apa ma'na kalimat syadat. Di tambah penjelesan dari Ustad Faruq bahwa seorang di katakan islam dia harus bisa mengucapkan kalimat Syahadat dengan baik dan benar.
"Ummi coba dengar apa yang Nailah ucapkan?”Nailah menulis lagi.
Ummi Aisya menganggukkan kepala menahan sedih. Ya Allah apakah mengucapkkan kalimatmu dengan lafad yang tepat seperti ini harus dilakukan oleh anakku yang bisu ini.
“ HA.IHA, HA.IHAUWA… HUMMADHADHULLAH”ucap
Nailah. Ummi Aisyah tersenyum saja mendengar ucapanya. Walau berbeda dengan apa
yang diucapkan dengan kebanyakkan Ummat islam mengucapkan syahadat
dengan baik dan benar.
“ Tuh
bisa.”Ummi Aisyah berkata spontan tampa menulis dalam lembaran kertas. Mengangkat jempol. Namun,
lihat saja expresi saat mengucapkan kalimatnya yang berbeda. Nailah tidak
percaya dengan ucapan apa yang sudah di ucapkkannya.
Nailah menyuruh Ummi Aisyah mengucapkan kalimat yang sama sambil memengang bibir Ummi Aisya.
“LAA ILAAHA ILLALLAH.” Ucap Ummi Asiyah. Nailah merasakan getaran yang berbeda dengan ucapannya. Nailah tidak tuli. Nailah sangat merasakan kalau
bunyi kalimatnya sangat berbeda. Raut wajahnya semakin sedih.
“HA.IHA, HA.IHAUWA… HUMMADHADHULLAH”Nailah mengucapkan kalimat syahadat
sendiri agar bunyinya sama. Ternyata lafadz keduanya sama. Nailah mengucapkan yang ketiga kalinya. Ummi Aisya membiarkannya belajar mengucapkannya. Sungguh tidak ada perubahan. Berulang kali Nailah berusaha. Sia-sia. Tapi Ummi Aisya merasakan betapa pentingnya kalimat syahadat bagi anaknya. Kelopak mata Ummi Aisyah basah. Dengan cepat Ummi Aisyah menyekatnya. Taku terlihat oleh Nailah.
Satu jam lamanya Nailah berusaha. Dan tidak ada perubahan. Bunyinya tetap sama. Tiba-tiba saja Nailah menguap. Merasa sudah capek belajar. Matanya tertutup di atas pangkuan Ummi Aisya. Ummi Aisya menciumnya.
****
Satu jam lamanya Nailah berusaha. Dan tidak ada perubahan. Bunyinya tetap sama. Tiba-tiba saja Nailah menguap. Merasa sudah capek belajar. Matanya tertutup di atas pangkuan Ummi Aisya. Ummi Aisya menciumnya.
****
"Ummi besok
sehabis solat Subuh ajarin Nailah ucap kalimat syahadat lagi ya?”.
Nailah tersenyum. Membaca doa tidur di dalam hati sebelum matanya tertutup.
"Iya.. Nanti Ummi akan ajarkan Nailah
setelah solat subuh ” Ummi Aisya menulis. Kemudian Nailah membaca tulisan tersenyum.
Karena janji semalan dari Ummi Aisyah. Maka ketika mendengar suara azan.
Nailah sudah terkejut dari tidurnya. Dia langsung masuk ke kamar mandi
mengambil air wuduh. Lantas mengambil meqenahnya. Melihat ruangan tengah
yang kosong. Maka Nailah dengan sendiri masuk ke kamar Umminya dan Abinya.
Nailah mengoyangkan tubuh Ummi dari atas kasur. Membangunkan mereka berdua yang masih terlelap diatas kasur. Lupa dengan solat.
“A”, Um” Hu, “ A”. “Hum”( Ummi, Abi bangun). Ummi membalik badan.
Berusaha membuka mata yang masih terasa kantuk. Mengusap kedua matanya.
Melihat Nailah dengan jilbab putih. Lupa yang sudah dijanjikan. Lupa
kalau mereka belum solat subuh. Nailah mengambil kertas dari atas meja
kamar.
“ Katanya Ummi mau ajarin Nailah
mengucapkan kalimat syahadat?”Nailah menulis, memberikan kepada Umminya. Nailah menulis lagi. Ummi masih mencoba membuka matanya perlahan-lahan.
Mengoyangkan kepala. Mengambil jilbab putih di atas bantal.
" Mana janji Ummi?”Nailah menulis dengan wajah yang sangat murung. Ummi Aisyah
membaca apa yang sudah dituliskan Nailah. Ummi langsung berdiri dari
tempat tidur. Mengajaknya keruang tengah. Setelah solat berjamaah.
Nailah tersenyum di sebelahan. Mengambil buku yang biasa dia tuliskan
kepada siapa saja yang diajak berbicara.
“ Ummi Nailah coba ucapin kalimatnya ya?”
“Iya.” Ummi membalas didalam kertas
"HA.IHA, HA.IHAUWA… HUMMADHADHULLAH” ucap Nailah. Ummi yang mendengar
ucapan Nailah. Tetap sama seperti dulu.
“HA.IHA, HA.IHAUWA… HUMMADHADHULLAH”
“LA” ucap Ummi Aisya satu -persatu kata. Nailah mengikuti.
“HA”ucap Nailah. Ummmi Aisya mengeleng kepala.
“LA” Abi Khalid membantu Nailah mengucapkan kalimat syahadat. Semalam Ummi Aisya berceritak kepada Abi Khalid tentang keluh kesah yang di alami oleh anaknya Nailah. Itulah kenapa Abi Khalid turut andil mengajarkan kalimat syahadat setelah subuh.
"LAILAHA”ucap Abi Khalid pelan
“HA..IHA”Abi mengganggukkan kepala. Ummi Aisya juga sama menganggukkan kepala sambil tersenyum. Nailah menulis diatas kerta kembali.
“ Masih salah ya Abi, Ummi?”
“ Sudah benar” Abi yang membalas tulisan di atas kertas (berbohong). “ Coba sekali
lagi ya sayang”. Nailah berseruh riang. Merasa kalau apa yang dia
ucapkan sudah benar. Abi Khalid dan Ummi Aisya hanya berusaha menghibur anaknya. Walau apa
yang sudah terjadi dengan anaknya. Dia tetap sama mengucapkanya. Tidak
bisa mengucapkan kalimat syahadat dengan jelas.
Dua jam Nailah masih tetap mengucapkan kalimat yang sama. Tidak perkembangan. Matahari-pun sudah menyirat dunia. Dengan panasnya menembus celah-celah yang bolong. Memancarkan cahaya. Di sebelah rumah beberapa burung saliang berkicau indah, terdengar. Dengan suara yang elok. Sunggu lebih merdu lagi kalau Nailah bisa mengucapkan kalimat syahadat di pagi hari ini. Itu yang di inginkan Abi Khalid dan Ummi Aisyah saat melihat Nailah bersemangat mengucapkan kalimat Tauhid ini.
Hampir setiap
hari Nailah mengucapkan kalimat syahadat. Di didalam kamar Nailah
berulang-ulang kali belajar mengucapkan kalimat syahadat dengan benar.
Nailah sangat bersedih mendengar ucapan yang berbeda dengan seorang anak
kecil berusia 5 tahun sama dengannya yang melewati depan rumahnya. Mengucapkan kalimat syahadat seperti Ummi Aisya dan Abi Khalid. Padahal Nailah sudah merasa apa yang di
ucapkan benar seperti apa yang di katakan kedua orang tuanya.
Di ruang tamu Abi Khalid dan Ummi Aisya sedang duduk menonton film. Melihat Nailah dengan wajah yang tidak menyenangk berdiri. Lalu dia mengambil buku yang biasa di bawahnya.
Di ruang tamu Abi Khalid dan Ummi Aisya sedang duduk menonton film. Melihat Nailah dengan wajah yang tidak menyenangk berdiri. Lalu dia mengambil buku yang biasa di bawahnya.
“Ummi dan
Abi bohong. Katanya Nailah sudah mengucapkan kalimat dengan benar”Nailah
menulis di dalam bukunya. Di berikan kepada Ummi Aisya
.“ Nailah sudah betul ucapanya”Ummi Aisya menulis
.“ Nailah sudah betul ucapanya”Ummi Aisya menulis
“ Bohong..”dia membalas tulisan Ummi sambil menangis.
“Bohong..”Nailah membuang bukunya. Berlari ke dalam kamar. Ummi Aisya mengejarnya. Terlambat. Nailah sudah menutup pintu sambil menangis di dalam kamar. Hanya isak tangisnya saja yang
terdengar.
“***”
Di ruang makan. Nailah diam tidak menulis sesuatu kepada kedua orang
tuannya. Tidak mengatakan selamat makan dalam tulisanya. Ummi
menatapnya.
“ Kenapa dengan Nailah, Ummi” tanya Abi Khalid cemas.
“ Seperti biasa, Abi”jawab Ummi mengambil piring. Menuangkan makanan kepada suaminya
“ Ohh.”
“ Mau Ummi ambil nasinya buat Naila”
“ Nailah bisa sendiri”Nailah membalas tulisan Umminya. Padahal tidak
biasanya dia mengambil sendiri. Biasanya dia menyuruh Umminya mengambil
buatnya. Nailah hanya menunjuk lauk-pauk apa saja yang dia suka di atas meja yang sudah di hidangkan. Lalu Umminya mengambil. Kali ini tidak. Nailah tanpak marah. Ummi Aisya tanpak mengalah. Mengikuti apa yang sudah terjadi dengan anaknya.
Setelah makan Ummi Aisya menulis di dalam kertas “ Maafin Ummi dan Abi. Nanti besok Ummi ajarin Nailah yang benar ucapannya”. Nailah mengelengkan kepala. Berdiri dari tempat duduknya. Masuk ke dalam kamar sambil menundukkan kepala.
Setelah makan Ummi Aisya menulis di dalam kertas “ Maafin Ummi dan Abi. Nanti besok Ummi ajarin Nailah yang benar ucapannya”. Nailah mengelengkan kepala. Berdiri dari tempat duduknya. Masuk ke dalam kamar sambil menundukkan kepala.
“***”
Setelah pulang dari kantor. Abi Khalid dan Ummi Aisya melafad kalimat
syahadat. Mereka berdua merekam suara mereka dengan menggunakan tape
recorder. Lalu memberikan kepada Nailah sebagai hadiah. Entah apa
hadiah. Karena tanggal 28 oktober barulah ulang tahun Nailah.
Mudah-mudah saja dengan tape recorder ini dapat membantu Nailah.
“ Nih buat Nailah..” Abinya memberikan kepada Nailah. Memutar kalimat
syahadat. Nailah mendengar kalimat syadat berulang kali melalui tape
recorder kecil. Tersenyum sendiri.
“Makasih..”Naila menulis tulisan. Memeluk Umminya.
“ Ya, Allah semoga saja Nailah bisa mengucapkan kalimat syahadat dengan
benar”kata Abi Khalid didalam hati.
“***”
Saat akan terbenangnya matahari. Sinar bulan yang begitu terang. Semua yang ada di langit sedang menyaksikan beta tangguhnya Nailah belajar melafadkan kalimat syahadat. Walau bibirnya seperti terikat. Nailah duduk sendiri memutar tape recorder.
Mengulang sama persis. Tapi tetap sama. Nailah merasakan sangat berbeda
dengan ucapanya. Dan tidak sengaja. Naila memencet tombol recam.
“HA.IHA, HA.IHAUWA… HUMMADHADHULLAH”. Kemudia dia memutar. Ternyata
suara kalimat syahadatnya sendiri. Nailah menangis sendiri.
“ Ya, Allah Nailah ingin mengucapkan kalimat-Mu. Ya Allah beta
muliahnya kalimat syahadat dihadapannya. Ya Allah kali ini saja bantulah
Nailah. Taka da air mata yang keluar dari kedua matanya karena salah
mengucapkan kalimat-Mu”
“ Um”
Nailah berteriak-teriak lari. Masuk ke dalam kamar Ummi. Menangis
tersedu-sedu. Ummi tiba saja terkagetkan dengannya. Dan dia sudah tahu
apa yang terjadi. Nailah terus menangis. Tidak percaya apa yan dia ucapkan saat mendengar tape recorder yang merekam suaranya. Ummi Aisya dengan napas yang tersendak-sendak bingung. Naila melempar tape recorder. Terbelah menjadi. Kaset yang berisakan kalimat syahadat terlempar memantulkan dinding. Ummi Aisya berusaha menenangkannya. Entah apa lagi yang bisa di lakukan.
Nailah mulai tenang dengan sendirinya. Maka Ummi Aisya mengajaknya ke sebuah tempat yang lebih indah di luar sana. Mungkin ini bisa menenangkan anaknya dari rasa cemas dengan ucapan kalimat syahadat yang sulit. Di salah satu Mall di terbesar di Jakarta itulah tujuan mereka berdua. Nailah tidak pernah melupakan buku yang selalu di gunakan sebagai komunikasi kepada kedua orang tua atau yang lainnya. Tampa buku-pun Ummi Aisya bisa paham maksud
Nailah.
Di depan tokoh Kaligrafi. Terpampan tulisan kalimat syahadat. Nailah membaca berdiri begitu lama di depan toko.
Di depan tokoh Kaligrafi. Terpampan tulisan kalimat syahadat. Nailah membaca berdiri begitu lama di depan toko.
“LAA ILAAHA ILLALLAH”ucap Nailah. Ummi Aisya membalik badan secepatnya. Terasa sesuatu yang di ucapkan oleh mulut anaknya sendiri. Memandanya. Memelukknya.
“ Coba Nailah ucap kalimatnya lagi”pinta Ummi. Aisya.
"LA ILAAHA ILLALLAH”Nailah mengucapkan kalimat Syahada ke dua kalinya. Dari bibirnya. Dia sungguh melafadznya dengan benar tanpa sedikit-pun salah.
“ Ya
Allah terima kasih atas karunia-Mu. Dengan kalimat ini dia akan
bersaksi dihadapan-Mu nanti. Dan kalimat inilah yang akan
mengantarkannya di surge suatu saat nanti”
" Sekali lagi ya Naila?"pinta Ummi Aisya kepadanya. Air mata Ummi Aisya keluar dari kedua kelopak matanya. Membasahi jilbab yang di kenakan.
"LA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMAD RRASULLULLAH"Suara Naila keluar dengan keras. Ummi Aisya seketika memeluknya. Mencium kedua pipinya. Bahagia yang di rasakan Ummi Aisya.
Mereka berdua beringsut pulang. Di jalan Naila sibuk melafadzkan kalimat syahadat. Takut kalau dia tidak bisa lagi. Ummi berulang kali tersenyum. Senang. Merasakan beta karunia Allah yang selalu di janjikan tanpa ada campur tangan siapa-pun kecuali kekuatanya.
Ummi Aisya memangang tangan Nailan. Tiba-tiba saja tangan Nailah terlepas saat melihat sebuah tulisan kalimat syahadat yang berterbangan di bawah angin. Nailah mengejar-ngejar agar bisa menangkapnya. Kertas itu di pengang pada sebuah jalan raya yang begitu pada dengan kendaraan. Di atas jalan itu Naila mengucapkan kalimat syahadat. Tanpa mengetahui dimana dia sekarang. Ummi Aisya berteriak-teriak dari jarak yang sangat dekat. Naila menmbaca kalimat syahadat LAA ILAAHA ILLALLAH”.
Dengan laju yang tidak terkendali. Dan tak terlihatkan. Mobil itu langsung menabrak Naila. Naila terlempar dari ruas jalan. Kepalanya terbentur sebuah batu besar. Ummi Aisya terjatuh. Mobil yang menabrak menancapkan gas. Semua orang yang melihat kecalakaan itu berlarian. Membantu kedua korban itu.
Tubuh Nailah bersimbah darah. Tangan kanannya tidak bisa melepaskan
kertas yang bertuliskan kalimat Syahadat. Semua burung di atas pohon
menyaksikan kecelakaan itu. Mereka bersedih melihat Nailah yang begitu
sungguh melafadkan kalimat syadahat. Dan saat itu cuaca mulai mendung.
Dan langit menjadi hitam. Dan para malaikat sudah menunggu kedatangan
Nailah. Mereka semua berebut untuk mengangkat jasadnya.
“****”
Ummi Aisyah tersadarkan sendiri. Sedangkan di dalam ruangan UGD Naila yang belajar mengucapkan kalimat syahadat tertidur
kaku tanpa bergerak. Tanganya tidak bisa lagi melepaskan kalimat
syahadat. Wajahnya berseri-seri.
6 jam di ruang gawat darurat. Jam 6.15 tepat saat suara
pengajian terdengar. Nailah terkejut bergerak. 5 menit lamanya dia
membuka mata melihat.
Tanganya
bergerak-gerak. Matanya terbuka. Ummi Aisya dan Abi Khalid mendekatinya.
Ummi tak kuat menahan rasa sedih melihat Nailah. Saat Nailah
tersadarkan dari tidur. Nailah membisikkan sesuatu kepada Ummi Aisya dan
Abi Khalid.
"LAA ILAAHA ILLALLAH.
MUHAMMADA RRASULLULLAH”ucap Nailah terakhir kalinya di telingan kedua
orang tuanya sebagai bukti beta pentingnya kalimat itu. Kumandang suara azan mulai terdengar. Satu persatu suara
azan bersautan. Dan hujan mulai berjatuhan. Malaikat pun saling berebutan mengambil jasadnya. Mengantarkannya kepada sebuah tempat yang begitu indah. Ummi Aisya pingsang tak kuat tahan melihat anaknya tak bernapas. Dengan senyum ceriah seperti seorang yang tidur pulas. Abi Khalid yang kebal dengan tangisan, menunduk meneteskan air mata.
Tangan kananya tidak bisa melepaskan kalimat syahadat yang di genggam sampai pada tempat terakhir.
“***”
Dan, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, "Bukankah Aku
ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul, kami menjadi saksi." agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini. " (QS Al-A'raf: 172 )
Posting Komentar