Headlines News :
Home » » (Cerpen ) Cerita Tuhan Lebih Indah

(Cerpen ) Cerita Tuhan Lebih Indah

Written By Munawir Borut on Selasa, 27 Maret 2012 | 17.08


 

Ini semua berawal dari sebuah mimpi. Dan banyak sekali buku-buku yang menjelaskan tentang mimpi. Kutipan yang sangat menarik adalah * BANGUNLAH JIKA KAMU INGIN BERMIMPI*. Andai saja aku tidak bermimpi pastinya  aku tidak akan pernah menjadi seorang penulis  novel Islami dari Ambon sekarang.

Mimpiku  adalah menjadi seorang penulis. Merangkai beberapa kata menjadi sebuah kalimat yang membuat mereka tercengang takjum.

Di malam hari aku  mengeluh kepada bapak untuk membelikan  sebuah leptop. Biar jelek asalkan bisa mengetik. Setiap malam aku selalu mengatakan hal yang sama. " Belin Leptob". Bapak tidak menghiraukan keluhanku. Dia lebih banyak sibuk dengan dirinya sendiri.


Satu minggu lamanya aku  harus membujuk bapak agar bisa membeliku leptop. Biar kusam atau second, asalkan didalamnya ada program WORD yang bisa mengetik. Mimpi menjadi seorang penulis itu  terlanjur datang. Kalau mengusirnya lagi . Itu tidak mungkin lagi.

Mungkin karena sudah bosan dengan keluhanku setiap hari, bapak langsung  memberikanku uang hasil kerjanya di PELABUHAN AMBON. Ditambah lagi dengan uang arisan yang seharusnya digunakan untuk membayar uang semesterku.

" Hanya ada sejuta Wir, kalau kamu mau beli Laptobnya?"kata bapak di dalam kamar menghitung uang seratusan 10 lembar berwarna merah.

" Hanya sejuta?"tanyaku masuk ke dalam kamar melihat bapak yang masih  menghitung uangnya. Mana juga ada yang mau menjual leptop dengan harga sejuta.

" Bapak tidak punya  uang lagi.. Itu untuk bayaran uang semestermu dan adikmu"kata bapak pelan memberikan uangnya kepadaku.

" Kuliahku gimana?"tanyaku menolak uang pemberian bapak.

" Nanti bapak hutang saja dulu sama teman"kata bapak keluar dari kamarnya menuju tempat wuduh. Azan solat isya sudah terdengar. Bapak akan mengerjakan solat. Uang sejuta masih ditangan. Setelah berwuduh bapak hanya tersenyum.

" Sudah solat belum Wir?"

" Belum!

***
Duit bapak hanya 1 juta. Sedangkan harga leptob second terbilang sangatlah mahal. Berkisaran 2 juta atau 1 juta setengah. Aku tidak ada tabungan.

" Kamu akan menjadi seorang penulis suatu saat nanti" disaat aku ingin mengembalikan uang sejuta kepadanya. Bapak lebih memilih menolaknya.

***

Beberapa hari aku harus banyak bertanya kepada teman-temanya yang ingin menjual laptob mereka. Ternyat tidak ada yang menjual.  Apalagi harga yang kutawarkan terbilang sangat murah. Malahan ada yang mengatakan.. " Ada yang jual, tapi cargernya saja. Mereknya ACER, kau mau tidak Wir"cetus temanku. Aku  tidak mau membalas. Percuma juga kalau aku  melanjutkan pembicaraan dengan teman-teman yang tidak tahu penderitaanku. Tidak tahu keinginanku.

Keesokannya hari lagi aku  mencoba mencari disalah satu penjualan leptob. Aku sangat terkejut disaat seorang perempuang berambut ikal mengatakan kepadaku.

" Disini tidak  menjual laptob second, kalau kamu mau, beli saja yang baru. Harganya 4 juta dan 6 juta"kata pelayan perempuan itu.

" Tidak ada harga sejuta, mba?"tanyaku kepada pelayan wanita itu. Dia langsung menatapku keheranan. Entah kenapa, tapi ucapanku seolah-olah menyinggunnya.

" Tidak ada, kalau mau, beli saja KALKULATOR"

" Waduh!.. Wanita ini sengaja menghinaku atau bosan melihat orang miskin sepertiku disini. Dengan berat hati, dan rasa jengkel. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ketempat lain. Di Ambon tidak ada hanya satu toko yang menjual leptob. Beberapa yang belum sempat kutanyakan. Semoga saja pelayanan tidak sejelek toko elektronik ini.

Sampai seminggu lamanya aku mencari-cari laptob second. Tida ada yang menjual. Aku sampai ingin mengembalikan uang sejuta kepada bapak lagi. Sudah berhenti saja bermimpi. Bapak tidak berhenti menyemangati. Walau melihat wajahku sudah kusam setengah mati.

" jangan lagi bapak. Uangnya digunakan untuk uang semesterku saja"kataku memberikan uangnya sejuta langsung didalam kamar.

" TUHAN ITU PUNYA ALUR CERITA LEBIH INDAH DARI APA YANG KAU BAYANGKAN. LEBIH HEBAT DARI ALBERT EINSTEIN, LEONARDO DAVINCI DAN ORANG-ORANG YANG SELALU KAU BANGGAKAN."kata bapak memberikan uang sejuta itu kembali. Menutup tanganku menyuruhku untuk solat bersamanya.

***

Di pagi hari saat menonton TV bersama bapak. Sebuah situs yang sangat menyenangkan. Promosi beberapa produk iklan, termaksud elektornik yang dijual. Tanpa hitungan ketiga lagi aku langsung berdiri. Masuk kedalam kamar. Mengantikan pakai tanpa harus mandi lagi. Tiba saja ada sesorang yang mendorongku menuju sebuah warnet. Uang sejuta itu langsung kubawah. Ongkos warnet diberikan oleh bapak.

Aku coba mengetik nama situs itu. Ternyata benar. Disana terjual produk second dan yang baru. Aku coba mencari harga lebih murah lagi. Pasti ada dibawah sejutaan. Iya, ada juga, tapi alamatnya cukup jauh. Aku harus memesan dari Jawa. Aku mengetik kota Ambon. Alhamdulillah, Tuhan itu punya alur cerita yang indah. Di sana terpajang sebuah leptob bermerek Axio dengan harga terbilang untukku. Walau hanya beda 200 ribu. Aku mencatat no handphone. Setelah itu mengirim pesan singkat. 5 menit sebelum aku berhenti. Handphonedku berdering. Sepertinya lelaki itu membalas.

" Blh kwan. Bs sejuta, kl km mau beli"

"Ok, kpn kita ktmwnx?"balasku dengan sms menyakinkan lelaki itu.

" Di Amplaz lantai 2. Jam 10 d sna"

" Siap"

Semalam itu juga aku mengatakan kepada bapak. Bapak sangat senang mendengarkan berita itu. Dia tidak banyak berkomentar.

" Uangnya kamu tidak pakai kan, Wir?"tanyanya sambil menyeruput kopi panas didepanya.

" Tidak.. Nih uangnya masih ada"jawabku.

" Ingat Wir, Tuhan itu punya alur cerita lebih mengasyikan ketimbang nanti kau menulis cerita dengan leptobmu. Bapak hanya berdoa semoga saja keinginamu tercapai"

***

Laptob itu sudah kubelikan. Saat itu juga aku sudah berjanji kepada diriku sendiri menjadi seorang penulis. Aku tidak mau mengecewakan bapak. Siang dan malam aku harus menulis. Membaca kembali tulisan yang kuketik. Berulang kali diedit. Aku tidak ada bekal sama sekali mengenai kepenulisan.

Akibat bergadang penyakit imsomnia melanda diriku. Berkisaran jam 2 atau jam 3 barulah mataku tertutup. Harus kupaksakan dengan kain merah. Di tempat tidur laptob menyala. Terkadang sampai pagi menyala.  Bapak yang melihat bingung untuk mematikan leptobnya. Lalu dia membangunkanku. Dia menyuruhku untuk mematikan leptob kalau sudah selesai mengetuk.

Sampai tiga bulan lamanya aku menulis sebuah cerita dua orang anak penghafal al'quran dari Ambon. Aku memberi judul " SANG HAFIDZ DARI TIMUR" .


Dua hari naska itu kubiarkan di atas mejaku. Dan sebelum kukirim kesalah satu penerbit ternama di Jogya, bapak menyempatkan untuk membaca ceritanya.  Bapak itu tidak percaya kalau aku bisa menulis cerita itu. Apa lagi aku cantumkan tanggal meninggalnya ibuku. Dan penokohan adalah aku dan bapak yang kusebutkan namanya " Abi Djafar".

***

Salah satu penerbit tertarik untuk menerbitkan cerita yang kubuat. Bapak mengangkat jempol kepadaku. Dia mengucapkan selamat. Tidak sia-sia uang sejuta yang diberikan. Uang itu adalah keihklasan bapak kepadaku.

" Hari ini baru aku tahu bahwa cerita Tuhan itu lebih indah dari Sang Hafidz dari Timur"kataku sendiri sambil tersenyum melihat langit yang sangat cerah. Dan matahari siang menyengat, panasnya.
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sang Hafidz Dari Timur - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger