Headlines News :
Home » » Penulis VS Editor

Penulis VS Editor

Written By Munawir Borut on Selasa, 21 Januari 2014 | 22.37



Karena saya senang dalam dunia tulis- menulis dan selalu gagal dalam menulis. Bukan presoalan bahwa saya tidak bisa menulis. Tapi lawan saya terlalu berat. Lawan yang saya maksud adalah Editor yang saya sampai sekarang belum pernah bertemu dengannya. Ini mungkin karena tempat tinggal saya pada Timur Indonesia, dan Editornya berada pada bahagian Barat Indonesia. Kami berdua tinggal berjauhuan. Hanya bisa bertemu dengannya melalui email. Dan selalu bertanya dan bertanya. Kalau saya menganggap bahwa mereka adalah penjahat bagi penulis. Mungkin saja. Karena bahasa mereka terlalu pendek tapi menyakitkan. Saya pernah mengalami pengalaman oleh beberapa penerbit. Dan di bawahnya terlampirkan nama mereka Editor. Siapa lagi yang selalu memeriksa naska saya kalau bukan mereka. Masih mending mereka memberikan jawaban. Adakalahnya mereka lupa atau mereka merasa bahwa tidak perlu di jawab lagi.
Saya lebih senang dengan bahasa “ Maaf kami sudah membaca semua isi naska novel yang ada kirimkan. Namun novel yang dikirimkan belum bisa kami karena bukan gendre yang kami selalu terbitkan”
Ujung dari email yang mereka kirimkan adalah bahwa novel saya belum layak diterima pada penerbit. Mungkin itu kegagalan saya melawan Editor. Lalu saya berusaha kembali memperbaiki tulisan-tulisan saya. Kukirimkan pada penerbit yang lain. Ternyata balasannya adalah bahwa tetap saja ditolak lagi. Ternyata yang selalu mengatakan bahwa novel saya di tolak adalah Editor. Dia mewakili dari penerbit. Maka dari itu saya merasakan bahwa Editor adalah musuh berat saya.
Padahal pekerjaan Editor saya anggap biasa saja. Mereka hanya menerima naska. Lalu mereka membaca. Kalau pada lembaran tidak mengasyikkan. Pasti sudah bisa di tolak. Meski isi ceritanya itu ada pada lembaran-lembaran yang lainnya. Apa yang saya baca dari informasi mengenai penulisan bahwa lembaran pertama menentukan. Itu sangat jelas. Bagi saya selalu melihat lembaran pertaman.  Kemudian ditambah dengan sinopsis yang dibuat. Meski hanya dituntun untuk membuat satu lembar sinopsis. Namun satu lembar mewakili ratusan lembar yang saya tulis.
Namun semua itu terlepas dari rasa semangat untuk menulis lagi. Sebernarnya saya tidak gagal. Saya hanya tidak beruntung untuk sekarang. Saya ingat beberapa perjalanan penulis terkenal seperti Paulo Coelho, JK. Rowling, dan Stephen King, Andrea Hirata. Mereka bernasib sama denganku. Bahkan JK. Rowling yang menerbitkan bukunya yang berjudul Harry Potter pada penerbit kecil, Paulo Coelho menerbitkan bukunya yang berjudul Alchamis hanya 500 exemplar kalau tidak salah, sedangkan Stephen King harus merevisi ceritanya sampai dia berada pada titik jenuh dan menyerah. Tapi akhir dari usaha Stephen King adalah cerita-cerita horor yang dibuatnya. Menjadi buku-buku terbaik dan diangkat dalam film Hollywood.
Saya hanya berharap, nasib saya sama seperti mereka. Saya hanya menunggu keberuntungan datang. Modal saya tetap semangat sampai sekarang. Jiwa melawan editor itu paling penting. Kalau saya bisa menaklukkan Editor dengan karya-karya yang bagus. Paling tidak Editor akan menjadi akrab dengan saya.
Meski 3 bulan atau 2 bulan sekali saya selalu dikirimkan pesan oleh penerbit bahwa novel saya belum bisa diterbitkan. Tapi saya sudah cukup puas karena tidak ada yang mengkritisi tulisannya. Paling tidak ada perkembangan dalam dunia kepenulisan saya. Saya hanya butuh cerita yang unik, bacaan yang sangat banyak, dan daya khayalan yang tinggi. Itu saja.


Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sang Hafidz Dari Timur - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger