Karena
saya senang dalam dunia tulis- menulis dan selalu gagal dalam menulis. Bukan presoalan bahwa
saya tidak bisa menulis. Tapi lawan saya terlalu berat. Lawan yang saya maksud
adalah Editor yang saya sampai sekarang belum pernah bertemu dengannya. Ini
mungkin karena tempat tinggal saya pada Timur Indonesia, dan Editornya berada
pada bahagian Barat Indonesia. Kami berdua tinggal berjauhuan. Hanya bisa
bertemu dengannya melalui email. Dan selalu bertanya dan bertanya. Kalau saya
menganggap bahwa mereka adalah penjahat bagi penulis. Mungkin saja. Karena
bahasa mereka terlalu pendek tapi menyakitkan. Saya pernah mengalami pengalaman
oleh beberapa penerbit. Dan di bawahnya terlampirkan nama mereka Editor. Siapa
lagi yang selalu memeriksa naska saya kalau bukan mereka. Masih mending mereka
memberikan jawaban. Adakalahnya mereka lupa atau mereka merasa bahwa tidak
perlu di jawab lagi.
Saya
lebih senang dengan bahasa “ Maaf kami sudah membaca semua isi naska novel yang
ada kirimkan. Namun novel yang dikirimkan belum bisa kami karena bukan gendre
yang kami selalu terbitkan”
Ujung
dari email yang mereka kirimkan adalah bahwa novel saya belum layak diterima
pada penerbit. Mungkin itu kegagalan saya melawan Editor. Lalu saya berusaha
kembali memperbaiki tulisan-tulisan saya. Kukirimkan pada penerbit yang lain.
Ternyata balasannya adalah bahwa tetap saja ditolak lagi. Ternyata yang selalu
mengatakan bahwa novel saya di tolak adalah Editor. Dia mewakili dari penerbit.
Maka dari itu saya merasakan bahwa Editor adalah musuh berat saya.
Padahal
pekerjaan Editor saya anggap biasa saja. Mereka hanya menerima naska. Lalu
mereka membaca. Kalau pada lembaran tidak mengasyikkan. Pasti sudah bisa di
tolak. Meski isi ceritanya itu ada pada lembaran-lembaran yang lainnya. Apa
yang saya baca dari informasi mengenai penulisan bahwa lembaran pertama
menentukan. Itu sangat jelas. Bagi saya selalu melihat lembaran pertaman. Kemudian ditambah dengan sinopsis yang dibuat.
Meski hanya dituntun untuk membuat satu lembar sinopsis. Namun satu lembar
mewakili ratusan lembar yang saya tulis.
Namun
semua itu terlepas dari rasa semangat untuk menulis lagi. Sebernarnya saya
tidak gagal. Saya hanya tidak beruntung untuk sekarang. Saya ingat beberapa
perjalanan penulis terkenal seperti Paulo Coelho, JK. Rowling, dan Stephen
King, Andrea Hirata. Mereka bernasib sama denganku. Bahkan JK. Rowling yang
menerbitkan bukunya yang berjudul Harry Potter pada penerbit kecil, Paulo
Coelho menerbitkan bukunya yang berjudul Alchamis hanya 500 exemplar kalau
tidak salah, sedangkan Stephen King harus merevisi ceritanya sampai dia berada
pada titik jenuh dan menyerah. Tapi akhir dari usaha Stephen King adalah
cerita-cerita horor yang dibuatnya. Menjadi buku-buku terbaik dan diangkat
dalam film Hollywood.
Saya
hanya berharap, nasib saya sama seperti mereka. Saya hanya menunggu
keberuntungan datang. Modal saya tetap semangat sampai sekarang. Jiwa melawan
editor itu paling penting. Kalau saya bisa menaklukkan Editor dengan
karya-karya yang bagus. Paling tidak Editor akan menjadi akrab dengan saya.
Meski
3 bulan atau 2 bulan sekali saya selalu dikirimkan pesan oleh penerbit bahwa
novel saya belum bisa diterbitkan. Tapi saya sudah cukup puas karena tidak ada
yang mengkritisi tulisannya. Paling tidak ada perkembangan dalam dunia
kepenulisan saya. Saya hanya butuh cerita yang unik, bacaan yang sangat banyak,
dan daya khayalan yang tinggi. Itu saja.
Posting Komentar